Rumah Adat Joglo – Beserta Sejarah dan Gambar
Pernah melihat rumah adat joglo ? Nah ini, √ Filosofi, √ Sejarah, √ Desain dan Model Rumah Joglo Minimalis Modern.
Rumah joglo merupakan salah satu rumah adat yang dahulu banyak digunakan oleh masyarakat Jawa. Rumah ini mempunyai arsitektur yang khas dan terdiri dari beberapa bagian, di mana setiap bagian mempunyai fungsi yang berbeda.
Desain rumah tradisional ini juga sarat makna sehingga pembuatannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Meskipun kental dengan nuansa Jawa, kini keberadaan joglo semakin sulit untuk ditemukan. Ada beberapa hal yang membuat masyarakat modern kurang berminat untuk membangun joglo sebagai tempat tinggal.
Salah satunya adalah faktor biaya, di mana joglo terbuat dari kayu jati berkualitas sehingga memakan dana cukup besar untuk pembuatannya.
Daftar Isi
Sejarah Rumah Joglo

sumber : booking.com
Pada dasarnya rumah tradisional joglo merupakan warisan dari leluhur yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.
Menilik dari segi arsitektur, dipercaya bahwa joglo telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit masih berkuasa di tanah Jawa.
Joglo mempunyai atap dengan bentuk yang cukup unik, yaitu menyerupai piramida atau bentuk gunung.
Meskipun terlihat sangat tradisional dan melambangkan keagungan masyarakat Jawa, ternyata joglo bukanlah hasil karya dari masyarakat Jawa asli.
Arsitektur bangunan joglo masih banyak dipengaruhi oleh agama Hindu kuno yang sempat menyebar di Indonesia kala itu. Model joglo hampir serupa dengan pura atau tempat ibadah pemeluk agama yang berasal dari negeri India.
Desain rumah tradisional tersebut hampir sama untuk joglo Jawa Tengah dan joglo Jawa Timur. Mungkin sedikit perbedaan muncul pada tata letak serta detail yang tidak sama.
Namun secara keseluruhan, joglo Jawa Tengah dan Jawa Timur mempunyai banyak kesamaan karena berasal dari leluhur yang sama.

sumber : pinterest.com
Nama joglo sendiri diperoleh dari atap bangunan yang berbentuk piramida. Dalam bahasa Jawa kuno, gunung disebut tajug.
Karena joglo mempunyai dua gunung, maka masyarakat menyebutnya sebagai tajug loro yang kemudian disingkat menjadi joglo, dengan makna dua gunung yang bergabung menjadi satu.
Mengapa masyarakat Jawa memilih bentuk gunung sebagai atap rumah ? Ternyata ada alasan khusus dari pemilihan bentuk gunung tersebut.
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, gunung merupakan simbolisasi dari sesuatu yang sakral. Gunung dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa sehingga mempunyai makna yang dalam bagi masyarakat setempat.
Pada mulanya, joglo merupakan tempat tinggal yang dimiliki oleh para bangsawan, raja, dan golongan terpandang lainnya.
Pasalnya pembuatan joglo menghabiskan dana yang sangat besar karena menggunakan bahan kayu jati asli untuk bagian atap dan tiang-tiangnya.
Kayu jati dipilih karena merupakan kayu dengan kualitas terbaik serta mampu bertahan hingga puluhan, bahkan ratusan tahun.

sumber : pinterest.com
Hal inilah yang menimbulkan stigma di masyarakat bahwa joglo merupakan tempat tinggal untuk kaum menengah ke atas dengan kemampuan ekonomi yang tinggi.
Sedangkan masyarakat menengah ke bawah tidak mampu untuk membangun joglo sehingga memilih rumah tradisional lain seperti limasan atau kampung dengan desain yang lebih sederhana.
Namun saat ini, joglo dapat dimiliki oleh seluruh kalangan. Joglo modern tidak harus menggunakan kayu jati tetapi dapat menggunakan alternatif bahan yang lebih terjangkau.
Cara ini dilakukan untuk melestarikan keberadaan joglo sebagai rumah tradisional dan rumah adat bagi masyarakat Jawa.
Filosofi Rumah Joglo

sumber : booking.com
Arsitektur unik yang dimiliki oleh joglo tidak terlepas dari filosofi yang melandasinya.
Masyarakat Jawa dikenal sangat memegang tinggi adat dan budaya serta menggunakan filosofi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ketika membangun rumah.
Sebagai contoh, joglo mempunyai tiang penyangga berjumlah 4 yang melambangkan arah mata angin sehingga mampu memberikan efek bagi penghuninya.

sumber : pinterest.com
Apabila Anda tertarik untuk membangun sebuah joglo, sangat penting untuk mengetahui filosofi-filosofi yang diyakini oleh masyarakat Jawa dalam sebuah bangunan bernama joglo.
Dengan demikian, Anda tidak akan kehilangan esensi dan kesan tradisional yang dihadirkan oleh joglo tersebut.
Berbicara mengenai filosofi tidak dapat dipisahkan dari beberapa bagian yang terdapat dalam rumah tradisional joglo.
Berikut ini beberapa filosofi yang dipercayai oleh masyarakat setempat mengenai arsitektur dan bagian-bagian joglo:

sumber : pinterest.com
1. Filosofi 4 pilar mewakili 4 arah mata angin
Atap joglo yang berbentuk gunung atau tajug ditopang oleh tiang utama yang berjumlah 4. Tiang utama tersebut dinamakan Soko Guru yang melambangkan kekuatan dari 4 penjuru mata angin.
Masyarakat Jawa percaya bahwa pertemuan empat arah mata angin tersebut mempunyai daya magis yang tinggi. Titik pertemuan empat mata angin disebut sebagai Pancer.
2. Pendopo tanpa dinding melambangkan sifat terbuka
Pendopo merupakan salah satu bagian rumah tradisional joglo yang terletak di depan. Umumnya pendopo dibuat terbuka tanpa dinding, melambangkan sifat terbuka dan ramah yang dimiliki oleh orang Jawa.
Masyarakat Jawa juga tidak pilih-pilih dalam menerima tamu yang datang.
Selain itu, pendopo merupakan tempat yang tidak diberi meja dan kursi. Tamu dipersilahkan untuk duduk beralaskan tikar bersamaan dengan tuan rumah.
Filosofinya adalah tamu dan tuan rumah dapat berbincang dalam kesetaraan, tidak ada yang tinggi dan rendah. Dengan demikian, pembicaraan terasa lebih akrab dan hangat.
3. Pringgitan menyimbolkan bayangan dewi Sri
Bagian setelah pendopo dinamakan pringgitan. Pringgitan merupakan simbolisasi bahwa pemilik rumah merupakan bayang-bayang atau wayang dari Dewi Sri, yaitu dewi yang memberikan kehidupan, kesuburan, serta kebahagiaan.
Pringgitan juga kerap digunakan untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang.
4. Ruang utama, terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi berbeda
Dalem atau ruang utama merupakan ruang pribadi di mana pemilik rumah dan seluruh anggota keluarga dapat beraktivitas.
Ruang ini masih terbagi lagi menjadi beberapa bagian seperti ruang keluarga dan senthong (kamar).
Ruang utama mempunyai 3 kamar yaitu kamar pertama laki-laki, kamar kedua tidak berpenghuni namun berperabot lengkap, serta kamar ketiga untuk perempuan.
Kamar kedua yang disebut sebagai krobongan merupakan tempat yang biasa digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka untuk memuja Dewi Sri.
Meskipun tidak dihuni, namun kamar tersebut dilengkapi dengan ranjang, kasur, bantal, serta guling. Masyarakat
Jawa juga menggunakan kamar tersebut sebagai kamar untuk pengantin baru, menyimbulkan penyatuan kosmis dewa-dewi cinta.

sumber : pinterest.com
Masyarakat Jawa yang masih memegang teguh kepercayaan magis selalu menerapkan filosofi tersebut dalam membangun rumah tradisional joglo.
Hal ini berpengaruh pada desain dan arsitektur joglo yang seragam, baik pada bagian pendopo, pringgitan, hingga ruang utama.
Pemilik rumah berharap dengan mengikuti filosofi tersebut, berkah dari Dewi Sri dapat dirasakan oleh seluruh penghuni rumah.
Meskipun begitu, perbedaan kepercayaan seharusnya tidak menjadi penghalang bagi Anda yang ingin mengadopsi keunikan rumah tradisional joglo.
Hunian Anda akan tetap terasa nyaman dan bernuansa tradisional dengan memberikan sedikit modifikasi pada rumah joglo sehingga menghilangkan kesan mistis yang mungkin tidak sesuai dengan kepribadian Anda.
Desain dan Model Rumah Joglo Minimalis Modern

sumber : Booking.com
Seiring perkembangan zaman dan surutnya minat masyarakat untuk membuat rumah tradisional, berbagai ide untuk memodifikasi joglo mulai bermunculan.
Tujuannya tidak lain adalah untuk mengembalikan eksistensi rumah tradisional ini dan membuatnya sejalan dengan selera masyarakat yang ingin mempunyai hunian bernuansa modern.
Joglo minimalis modern merupakan sebuah terobosan baru yang memadukan arsitektur rumah modern dengan gaya khas joglo.
Hunian dengan desain menarik ini bisa menjadi solusi bagi Anda yang ingin memiliki rumah modern tanpa meninggalkan kearifan lokal.

sumber : pinterest.com
Beragam inspirasi rumah modern dengan nuansa joglo mampu mendefinisikan ulang makna rumah modern.
Jika joglo tradisional umumnya menggunakan lahan yang cukup besar, joglo minimalis modern dapat digunakan oleh masyarakat perkotaan dengan luas lahan minimalis.
Bagian depan rumah menggunakan atap khas joglo yang berbentuk gunung, namun bagian bawah tidaklah berbentuk seperti pendopo yang terbuka melainkan rumah modern pada umumnya dengan sedikit penyesuaian.
Apabila Anda mempunyai lahan samping yang cukup luas, Anda dapat membangun pendopo terbuka dengan atap joglo pada lahan kosong tersebut.

sumber : pinterest.com
Jadikan joglo sebagai rumah sampingan, bukan rumah utama yang Anda tempati bersama keluarga. Bangunan tersebut mempunyai fungsi seperti gazebo namun dengan ukuran yang jauh lebih luas.
Anda dapat menggunakannya untuk berkumpul bersama keluarga.
Joglo minimalis modern juga tidak perlu menggunakan bagian-bagian sebagaimana joglo tradisional. Anda dapat membuat desain yang lebih ringkas dengan menyatukan pendopo dan ruang keluarga.
Sebagai pemisah semi permanen, Anda dapat menggunakan sekat yang bernuansa tradisional yang dapat dipindahkan apabila sewaktu-waktu ingin mengadakan pertemuan dan membutuhkan ruangan besar.
1. Rumah Joglo Jawa Timur

sumber : alibaba.com
Joglo tidak hanya dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah maupun Yogyakarta. Masyarakat Jawa Timur juga mengenal joglo sebagai salah satu rumah tradisional yang masih dapat ditemukan keberadaannya hingga saat ini.
Meskipun demikian, terdapat sedikit perbedaan antara joglo yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dikenal dengan nama joglo Situbondo.
Jika dilihat sekilas, Anda mungkin tidak dapat menemukan perbedaan dari arsitektur kedua bangunan joglo tersebut.
Keduanya juga didominasi oleh material kayu jati sebagai bahan pembuat utama. Namun jika diperhatikan, terdapat beberapa perbedaan yang dimiliki oleh joglo Situbondo.

sumber : bangun-rumah.com
Dari segi arsitektur, joglo Situbondo mempunyai bentuk dara gepak atau limas yang cukup berbeda dengan joglo Jawa Tengah.
Namun joglo Jawa Timur tersebut tetap mengusung kepercayaan kejawen yang sangat kental sebagaimana yang dianut oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Tata ruang joglo tetap menjadi perhatian berdasarkan filosofi keharmonisan antar manusia serta antara manusia dengan alam.
Joglo Situbondo mempunyai pondasi utama (bebatur) yang lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya. Ornamen yang terdapat pada bangunan joglo juga mencerminkan kepribadian yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa Timur.
Atap joglo Jawa Timur berbentuk brunjung dengan tiga tingkatan yang ditopang oleh 4 pilar utama atau Soko Guru yang melambangkan empat arah mata angin.

sumber : pinterest.com
Terdapat beberapa tiang lain yang digunakan untuk menopang atap bagian tepi, yang mana jumlahnya disesuaikan dengan luas dan ukuran pendopo joglo. Masing-masing tiang ditopang oleh umpak yang terbuat dari batu.
Antara pendopo dan ruang di dalamnya dipisahkan oleh dinding kayu yang memanjang disebut sebagai makara atau selur gelung.
Sekat kayu tersebut mempunyai pintu yang digunakan untuk memasuki ruang utama dari joglo Situbondo.
Makara ini mempunyai hiasan dan ornamen ukir, di mana masyarakat setempat percaya bahwa hiasan tersebut mampu mengusir hal negatif yang ada di dalam rumah.
Seperti halnya joglo Jawa Tengah, joglo Situbondo juga terdiri dari beberapa bagian yaitu pendopo dan ruang belakang.

sumber : pinterest.com
Pendopo merupakan ruangan terbuka yang berfungsi untuk menerima tamu. Ruang belakang difungsikan sebagai kamar tidur anggota keluarga dan berbagai aktivitas lainnya.
Ruang belakang masih terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu senthong tengen (kamar kanan), senthong kiwa (kamar kiri), dan senthong tengah (kamar tengah).
Senthong tengen digunakan sebagai dapur dan gudang, sedangkan senthong kiwa digunakan sebagai kamar tidur. Senthong tengah merupakan tempat untuk menyimpan benda pusaka dan benda berharga.
Dari pembagian tersebut, terlihat cukup jelas bahwa joglo Situbondo mempunyai banyak kesamaan mulai dari filosofi hingga bagian-bagian rumah.
Hal ini cukup wajar mengingat Jawa Tengah dan Jawa Timur mempunyai letak yang berdekatan sehingga dapat mempengaruhi satu sama lain.
2. Rumah Joglo Jogja ( Jawa Tengah )

sumber : traveloka.com
Bangunan Joglo yang digunakan oleh masyarakat Jogja mempunyai bentuk dan arsitektur yang hampir sama dengan joglo Jawa Tengah.
Sebagai satu kesatuan dalam masyarakat Jawa, Jogja dan Jawa Tengah memang mempunyai banyak kesamaan termasuk dalam hal tempat tinggal.
Joglo Jogja mempunyai bentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang.
Bangunan ini melibatkan teknik pembuatan tingkat tinggi sehingga memberikan nuansa megah, berkelas, dengan sentuhan seni yang tinggi.
Joglo Jogja juga mempunyai 4 Soko Guru yang menopang blandar tumpang sari, salah satu bagian dari atap berbentuk piramida yang digunakan oleh joglo tersebut.

sumber : pinterest.com
Kerangka atap seluruhnya terbuat dari kayu jati.
Wajar jika joglo ini membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatannya, mulai dari bagian brunjung hingga bubungan atau suwunan.
Pada bagian bawah, joglo mempunyai bebatur (pondasi) yang lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitarnya sehingga membuat bangunan joglo terlihat lebih tinggi.
Untuk menopang tiang-tiang penyangga, digunakan umpak yang terbuat dari batu alam dengan bentuk bulat, segi empat, dan segi delapan.
Meskipun mempunyai 4 tiang utama, namun joglo Jogja juga mempunyai beberapa tiang tambahan yang digunakan untuk menopang atap pada bagian tepi. Jumlah tiang tersebut menyesuaikan dengan ukuran bangunan.

sumber : pinterest.com
Sebagaimana joglo pada umumnya, joglo Jogja juga mempunyai pendopo sebagai bagian paling depan. Pendopo yang tidak mempunyai dinding ini berukuran cukup luas, hampir separuh dari keseluruhan luas rumah.
Pendopo difungsikan sebagai tempat untuk menerima tamu, melakukan musyawarah, serta berbagai keperluan lain.
Joglo yang dimiliki oleh kaum bangsawan biasanya digunakan untuk menyelenggarakan pagelaran kesenian.
Tamu udangan akan duduk pada bagian kanan dan kiri pendopo sedangkan bagian depan digunakan untuk meletakkan alat musik gamelan beserta seluruh anggota keluarga pemilik rumah.

sumber : Olx.co.id
Bagian yang lebih dalam dari pendopo disebut pringgitan, yang mana tempat ini sering digunakan untuk pementasan wayang.
Pada beberapa joglo, pendopo dan pringgitan dipisahkan oleh longkang, yaitu tempat terbuka tanpa atap pada bagian dalam pendopo.
Selanjutnya terdapat ruang utama yang disebut dalem. Ruangan ini berfungsi untuk aktivitas anggota keluarga dan terdiri dari tiga senthong sebagaimana yang ditemukan pada joglo Jawa Timur.

sumber : 99.co
Satu senthong digunakan sebagai gudang penyimpanan, satu senthong digunakan untuk menyimpan pusaka, dan satu senthong lainnya digunakan sebagai kamar tidur.

sumber : pinterest.com
Rumah joglo merupakan representasi dari kearifan lokal dan budaya masyarakat Jawa. Bangunan ini sarat makna karena setiap bagian mempunyai filosofi yang berbeda.
Demi menghidupkan kembali eksistensi bangunan joglo, maka dibuatlah modifikasi yang memungkinkan untuk menggabungkan joglo dengan arsitektur rumah modern.

Mahasiswi jurusan design architecture di salah satu Universitas di Indonesia. Saat ini bekerja sebagai blogger, editor, sekaligus penulis di rumahpedia.info. Design interior enthusiast, passionate about DIY Home design. Ingin kenal lebih dekat ? Follow me !